Blog SimpliDOTS

Prediksi Pertumbuhan dan Tren Bisnis FMCG di Indonesia Tahun 2021

Fast Moving Consumer Goods (FMCG) telah lama dianggap sebagai salah satu faktor pendorong pergerakan ekonomi hampir di seluruh negara. FMCG merupakan produk-produk yang berisi kebutuhan sehari-hari yang bersifat habis pakai dan akan dicari lagi untuk dikonsumsi kembali berulang kali oleh konsumen. Artinya, produk FMCG tidak boleh disingkirkan karena berbagai alasan, termasuk pandemi virus corona (COVID-19).

Untuk memenuhi pangsa pasar di Indonesia, brand-brand dari produk FMCG berlomba-lomba meningkatkan eksistensi dengan menjangkau ranah digital. Diawali dengan munculnya e-commerce yang mengakibatkan banyaknya orang di berbagai daerah mendapatkan kemudahan akses internet dan aktif menggunakan telepon pintar. Dengan banyaknya kanal penjualan online, mulai dari website sendiri hingga platform marketplace telah memberikan angin segar bagi pelaku usaha FMCG mengenalkan brand masing-masing.

Pengaruh COVID19 Bagi Tren Bisnis FMCG di Indonesia

source : www.freepik.com

Pandemi Covid-19 saat ini memang telah memberikan dampak yang cukup besar bagi semua sektor khususnya pada sektor ekonomi. Tren bisnis FMCG pun berubah karenanya. Dampak yang sangat besar dirasakan adalah pembatasan kegiatan industri akibat diberlakukannya PSBB. Bahkan, memasuki tahun 2021 ini pandemi virus corona (COVID-19) belum kunjung selesai. Banyak gerai ritel, baik modern maupun tradisional sepi pengunjung karena mendapatkan imbas langsung dari pemberlakuan PSBB yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. Gerai ritel harus merelakan aktivitas usaha terhenti untuk menghindari kerumunan dan menekan angka penyebaran virus corona (COVID-19) di tengah masyarakat.

Namun, jika dilihat dari berbagai perkembangan yang ada belakangan ini, penjualan ritel produk FMCG bakal tetap positif pada tahun 2021 karena didorong oleh momentum pemulihan ekonomi. Apalagi saat ini sudah ada kabar bahwa akan segera disebarkan vaksin COVID-19. Tentunya ini berdampak bagus bagi tren bisnis fmcg

Saat ini, para ritel sudah banyak yang beralih ke platform online sehingga tentunya akan membuat konsumen mulai melirik toko-toko online. Pandemi virus corona (COVID-19) membuat aktivitas belanja online mengalami peningkatan. Jika sebelumnya, konsumen berbelanja di e-commerce hanya untuk kebutuhan sekunder, sekarang konsumen juga berbelanja kebutuhan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan primer dengan memanfaatkan e-commerce atau toko online. Dengan begitu banyak perubahan gaya hidup, maka ada tren-tren yang mempengaruhi pola bisnis FMCG, baik bagi produsen, peritel, maupun distributor. Berikut ini, prediksi tren bisnis FMCG di Indonesia pada tahun 2021.

Baca juga : Pentingnya Supply Chain Management (SCM) Untuk Perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG)

Menyisir Penjualan Melalui Kanal Online

Sebenarnya, pada awal tahun 2020 yang lalu seluruh pertumbuhan industri sangat positif. Namun, ketika Presiden Joko Widodo mengatakan ada terjangkit virus corona (COVID-19) 2 Maret 2020 yang lalu, telah terjadi perubahan terhadap peta industri dan peta permintaan setiap perusahaan. Tentunya, tren bisnis FMCG ikut mengalami perubahan. Pada kuartal dua (Q2), Gross Domestic Product (GDP) secara makro menghadapi tantangan yang luar biasa karena karena berkurang hingga 5,2%. Pada Kuartal ketiga (Q3), kondisi semakin tergerus karena kegiatan industri sangat terbatas akibat diberlakukan PSBB.

Gerai ritel yang banyak menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), baik yang modern maupun yang tradisional mulai sepi pengunjung. Orang lebih memilih untuk menghindari kerumunan supaya tidak tertular virus corona. Sebagai gantinya, konsumen mulai melirik adanya toko-toko online untuk berbelanja kebutuhan pokok. Pandemi virus corona telah membuat aktivitas belanja online mengalami peningkatan. Selain lebih praktis dan lengkap, harga yang ditawarkan bisa saja lebih murah karena konsumen bisa dengan mudah membandingkan harga produk dari berbagai ritel online.

Jika merujuk pada data dari hasil survei yang dilakukan oleh Inventure dan Alvara, sebanyak 69,6% responden dari 629 masih takut berbelanja di pasar tradisional. Dengan alasan yang sama, yaitu masih takut tertular virus corona jika langsung pergi berbelanja di gerai ritel. Meskipun vaksin telah ditemukan dan sudah disebarkan ke masyarakat, namun tren belanja melalui kanal online tetap akan aktif dan akan sangat sulit untuk digeser kembali oleh belanja offline. Didukung dengan kemudahan transaksi, kemudahan membandingkan harga, dan kemudahan menemukan produk, aktivitas belanja produk FMCG akan terus mengikuti tren bisnis fmcg secara online. Para pelaku bisnis di sektor industri FMCG, baik produsen maupun retailer akan tetap memaksimalkan pemasaran dan penjualan produk melalui platform online.

Baca juga : Cara Agar Produk Bisa Masuk Ke Pasar Modern

Pembayaran QRIS Mendapatkan Popularitas

source : www.freepik.com

Menyeimbangkan tren bisnis fmcg khususnya belanja online yang praktis dan simple, perusahaan ritel produk FMCG akan mengusung konsep pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Metode QRIS sebenarnya sama dengan metode QR Code pada umumnya. Hanya saja QRIS telah ditetapkan menjadi standarisasi pembayaran dari Bank Indonesia (BI). Tujuannya supaya proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Perbedaan QRIS dengan QR Code pada umumnya hanya pada teknik penggunaannya saja. QRIS memungkinkan seluruh transaksi pembayaran hanya memerlukan satu QR Code saja. QRIS tersebut sudah mengintegrasikan seluruh aplikasi yang menyediakan atau menerima pembayaran dengan QR code dengan berbagai macam layanan perbankan. Dengan demikian, pengguna sistem QR Code tidak perlu dihadapkan dengan berbagai macam QR Code dalam satu merchant. Dengan memanfaatkan QRIS, maka pengguna cukup memiliki satu QR Code untuk semua transaksi.

Pengguna hanya perlu membuka aplikasi pembayaran yang diinginkan dan memilih fitur layanan QR Code scanner. Selanjutnya, cukup dengan scan QRIS dari ponsel pintar, pengguna akan menerima notifikasi transaksi selesai dalam hitungan detik. Masyarakat tentu akan lebih memilih metode pembayaran digital yang aman, dan mudah. Dengan demikian, jika melihat tren yang ada saat ini, maka pembayaran non tunai akan menjadi suatu gaya dalam proses pembayaran produk FMCG.

Baca juga : Pentingnya Branding Bagi Perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG)

Penyedia Layanan Logistik Ikut Mendukung Kanal Online

source : www.freepik.com

Setelah tren bisnis fmcg menunjukkan akan tetap memaksimalkan transaksi secara online, maka dibutuhkan layanan untuk memaksimalkan penyaluran barang dari penjual kepada pembeli. Tantangan ini tentunya menjadikan penyedia jasa logistik dituntut untuk bisa memberikan layanan pengiriman barang yang cepat dan terjangkau untuk mengantisipasi e-commerce yang terus melonjak. Para penyedia jasa logistik dan pengiriman harus bisa mengamati adanya shifting konsumen yang mulai melakukan belanja kebutuhan pokok secara online. Bahkan, layanan tersebut harus meliputi pengiriman kesehatan dan frozen food.

Setiap penyedia jasa pengiriman harus bisa memastikan bahwa produk-produk yang dipesan oleh masyarakat bisa cepat sampai dengan baik dan aman. Apalagi, produk-produk FMCG yang mudah rusak seperti produk makanan atau minuman. Untuk mendukung hal tersebut, maka pemanfaatan aplikasi logistik akan semakin meningkat.

Produk Kesehatan dan Kebersihan akan Semakin Laris

Ada keunggulan sendiri pada sektor industri kesehatan selama pandemi virus corona ini. Semua produk yang menjanjikan anti virus dan bakteri akan laris di pasaran sehingga akan menjadi peluang besar bagi produsen produk kebersihan untuk meluncurkan produk dengan value proposition atau anti bacteria. Bahkan, bisa saja akan hadir produk-produk berupa detergen atau sabun yang mengkomunikasikan keunggulan produk dengan janji anti bacteria. Produk-produk tersebut tentunya akan diinovasikan dengan kualitas yang lebih baik, khususnya dalam menjamin kesehatan para penggunanya.

Baca juga : Kini SimpliDOTS Bisa Berintegrasi Dengan Accurate Online

Tren Belanja dalam Partai Besar

Semakin beragamnya kanal penjualan yang ditawarkan oleh para ritel, baik lewat gerai maupun secara daring ternyata akan mengubah gaya konsumsi masyarakat. Sebelum pandemi virus corona, orang akan lebih memilih untuk belanja kebutuhan seadanya atau sesuai dengan kebutuhan saat itu saja. Tren belanja online akan mempengaruhi gaya konsumsi dan tentunya tren bisnis fmcg, karena masyarakat akan cenderung belanja dalam jumlah yang banyak untuk sekali belanja kebutuhan pokok. Apalagi dengan adanya diskon dan promo yang diberikan oleh peritel FMCG.

Ketika seseorang telah menerima gaji, maka akan menggunakan sebagian gajinya untuk membeli kebutuhan primer hingga mendapatkan gaji selanjutnya. Gaya ini juga akan didukung dengan penjualan grosir dari peritel FMCG yang pastinya pembelian dalam jumlah banyak akan mendapatkan harga yang jauh lebih murah. Para peritel online akan aktif memberikan diskon dan promo bagi para konsumen yang membeli dengan volume tertentu.

Brand Lokal Produk Food and Beverage (F&B) akan Meningkat

Industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) mutlak terkena dampak pandemi COVID-19, termasuk industri Food and Beverage (F&B). Meskipun  sektor ini sangat dibutuhkan masyarakat, tetap ada penurunan konsumsi di kuartal pertama pada tahun 2020 lalu. Misalnya untuk produk konsumsi rumah tangga yang telah mengalami penurunan dari 5,02% hingga menjadi 2,84% selama kuartal pertama (Q1). Dari angka tersebut, 44% di antaranya adalah kontribusi dari produk makanan dan minuman. Padahal, pengeluaran per kapita masyarakat sebesar 50% untuk kebutuhan pangan dan 17% merupakan porsi pangan olahan.

Namun, pada akhir tahun 2020 pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 7,97%. Artinya, dalam kondisi pandemi virus corona (COVID-19), masyarakat tetap mencari kebutuhan produk FMCG pada industri Food dan Beverage (F&B). Produk FMCG pada industri F&B di Indonesia terbesar merupakan produk yang impor dari luar negeri seperti Tiongkok, India, dan negara-negara di benua Eropa. Pandemi virus corona juga menyebabkan kebutuhan F&B untuk domestik negara-negara tersebut meningkat, sehingga akan lebih mengutamakan untuk masyarakat masing-masing. Terbatasnya impor produk F&B di Indonesia akan mendorong para pebisnis untuk menyediakan produk F&B agar kebutuhan pangan masyarakat Indonesia bisa terpenuhi.

Pada tahun 2021 ini diperkirakan akan lebih banyak brand-brand lokal di Industri F&B yang diharapkan bisa mengganti ketergantungan impor produk dari luar negeri. Jika hal ini benar-benar terjadi, maka akan semakin menguntungkan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia, karena selain memberikan pemasukan untuk negara, kebutuhan tenaga kerja akan meningkat. Akan banyak lapangan kerja terbuka ketika PSBB dan Lockdown diakhiri.

Baca juga : Permasalahan Umum Yang Sering Terjadi Di Bisnis FMCG Dan Cara Mengatasinya

Otentikasi dan Brand Values FMCG

source : www.freepik.com

Tren otentikasi dan brand values untuk industri FMCG akan menjadi nilai keunikan tersendiri. Brand values produk FMCG akan tampak pada nilai sebuah brand yang didasarkan pada angka, kejelasan, diferensiasi, konsistensi, kinerja merek dan lain-lain. Selera konsumen tidak lagi diukur berdasarkan puas tidaknya konsumen terhadap suatu produk atau brand, melainkan akan dilihat dari analisis keuangan dan pemasaran.

Nilai suatu brand FMCG menjadi premi tersendiri yang diberikan oleh pelanggan dengan membayar harga ekstra. Brand values FMCG akan dicapai dengan memberikan produk berkualitas dengan harga yang kompetitif, menggunakan teknologi canggih untuk menghasilkan produk, memberikan layanan pelanggan yang sangat baik, dan komitmen terhadap tanggung jawab sosial. Tren otentikasi dan brand values FMCG akan membuat banyak brand FMCG di pasaran menjadi otentik dan memiliki nilai keunikan. Dengan demikian, setiap brand FMCG diprediksi akan mendapatkan tempat di hati pelanggan.

Baca juga : Tips-Tips Sukses Membangun Bisnis Distribusi 

Saham Industri FMCG akan Menjadi Incaran

Tahun 2021 akan menyebabkan tren investasi saham yang lebih memilih industri FMCG, khususnya untuk produk makanan dan minuman. Berbagai tantangan akibat pandemi virus corona (COVID-19) yang telah berjalan hampir satu tahun lamanya diprediksi mulai menunjukkan sinyal pembalikan trend, dari perlambatan menuju pemulihan. Tanda-tanda pemulihan dapat dilihat dari rasio konsumsi seluruh lapisan konsumen yang mulai naik sejak September 2020 lalu. Saat ini, rata-rata proporsi pendapatan konsumen yang digunakan untuk konsumsi sudah meningkat dari 67,4% menjadi 68,8%. Peningkatan proporsi tersebut lalu diikuti dengan penurunan rata-rata atas proporsi pendapatan konsumen, yaitu dari 20,4% yang turun menjadi 19,8%. Sedangkan rata-rata rasio pembayaran cicilan juga menurun dari 12,2% menjadi 11,4%.

Penguatan rasio konsumsi terhadap pendapatan merupakan sinyal kuat bahwa market demand telah memulai trend pembalikan, sekaligus bukti tangguhnya ekonomi domestik dan industri FMCG di Indonesia selama diterpa dampak pandemi virus corona. Prospek positif ke depan diyakini bahwa pemulihan kondisi bisnis masih dibatasi sejumlah pemberat. Namun, jika dilihat dari rasio konsumsi produk FMCG, akan memungkinkan marak akuisisi dari perusahaan lokal oleh para investor.

Baca juga : Model Distribusi Industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) Di India

Bisnis FMCG di era New Normal

Melalui industri FMCG, roda ekonomi akan menemukan celah untuk berputar lebih cepat dan akselerasi terhadap market demand akan mengiringi pembalikan tren, termasuk tren berinvestasi. Keberadaan industri pada awal tahun 2021 memang masih diselimuti pandemi virus corona. Kondisi ini memang masih membuat pesimistis sebagian pelaku industri dalam memandang prospek pasar ke depan. Namun, bagi sebagian pelaku industri FMCG, awal tahun 2021 merupakan momentum emas untuk mendobrak pasar dalam tatanan baru. Brand-brand FMCG bisa mengambil peluang ceruk pasar yang lebih unggul ketika, saat brand-brand industri lain sedang lesu.

Pelaku industri FMCG yang lebih jernih akan membaca celah dan peluang yang sangat kecil untuk mampu memanfaatkan momentum akselerasi sejak titik terendah. Pelaku usaha FMCG akan menikmati momentum jangka menengah dan jangka panjang untuk memaksimalkan strategi bisnis yang terukur. Dengan demikian, investor akan menilai industri FMCG merupakan salah satu prospek investasi terbaik saat ini.

Beberapa perusahaan FMCG yang telah eksis dan dikenal brandnya akan mudah menawarkan saham. Sementara ini usaha UMKM produk FMCG juga tidak akan kalah dilirik oleh para investor karena prospek pertumbuhan, otentikasi, dan brand values akan mudah dicerna oleh masyarakat. Perusahaan ritel yang menjual produk FMCG, baik perorangan maupun usaha dagang akan ikut memperamai goncangan investasi.

Super Apps SimpliDOTS untuk Bisnis FMCG

Produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) akan terus dicari meskipun ancaman pandemi virus corona masih terus menghantui masyarakat. Untuk mendapatkan kebutuhan dengan mudah, segala dukungan telah tersedia. Misalnya dengan begitu banyak toko online yang muncul belakangan ini yang telah mendukung pembayaran instan dan sistem delivery yang cepat. Jika dilihat prospek dan tren saat ini, maka bisa dibilang Bisnis FMCG menjadi peluang terbaik untuk Anda yang ingin memulai bisnis. Namun, Anda perlu dukungan yang kuat untuk memaksimalkan penjualan produk Anda.

Aplikasi SimpliDOTS merupakan media yang paling tepat untuk mendongkrak penjualan produk FMCG Anda di situasi saat ini. Aplikasi SimpliDOTS semakin lengkap dengan fitur-fitur yang mendukung tren belanja dan transaksi saat ini. Salah satunya adalah otomatisasi dan integrasi dengan aplikasi lain untuk memusatkan fokus bisnis FMCG Anda. Inilah saatnya Anda memaksimalkan penjualan dengan Aplikasi SimpliDOTS.

Baca juga : Pentingnya Aplikasi Route Optimization Untuk Perusahaan Distribusi

Share
Published by
Jowan Kho

Recent Posts

  • Strategi Bisnis
  • Strategi Distribusi

Case Study: Strategi Powerful Distribusi Es Krim AICE 5x Lebih Efisien dengan SimpliDOTS

Anda termasuk pecinta es krim? Ya, hampir semua orang memang menyukainya! Cita rasa manis, segar, dan lumer di mulut membuat… Read More

2 weeks ago
  • Sales Tracking

5 Masalah Aplikasi Sales Tracking yang Umum Ditemui dan Solusinya

Tim sales adalah ujung tombak distributor yang bertanggung jawab menawarkan produk atau jasa kepada pelanggan agar menghasilkan pendapatan ke perusahaan. … Read More

2 weeks ago
  • Aplikasi Distribusi
  • Distribusi
  • Teknologi

Aplikasi Sistem Distribusi untuk Manajemen Stocklist di Gudang, Apa Pentingnya?

Jika Anda menjalankan bisnis eCommerce atau distributor FMCG (Fast-Move Consumer Goods), manajemen stok barang di gudang dan aplikasi sistem distribusi… Read More

2 weeks ago