Teknologi

Pemanfaatan Revolusi Industri 4.0 dalam Supply Chain Management

Saat ini, perusahaan telah menggunakan aplikasi yang bisa menangani kinerja rantai pasokan atau supply chain.  Aplikasi tersebut memanfaatkan teknologi informasi berbasis internet dan komputer. Hadirnya berbagai Teknologi telah mengubah cara manusia dalam melaksanakan banyak pekerjaan mulai dari berkomunikasi, bertransaksi, melakukan produksi, berinovasi, hingga bepergian. Di era modern, hampir setiap kegiatan dapat diselesaikan melalui teknologi digital menggunakan komputer dan telepon cerdas untuk mempercepat sebuah proses. Bahkan, dengan adanya teknologi, manusia bisa melakukan penghematan dengan sumber daya yang dimiliki. 

Pemanfaatan teknologi tentu saja tidak bisa lepas dari kegiatan industri perusahaan dari berbagai sektor. Industri dan perusahaan akan terkait dengan pergerakan, pengolahan, pemasaran bahan (material), transaksi, dan pertukaran informasi (data). Dengan adanya teknologi, maka gaya-gaya tersebut mengalami perubahan, khususnya setelah memasuki tahap baru revolusi teknologi industri yang disebut dengan Industry 4.0 atau smart industri (industri cerdas).

Pergerakan Revolusi Industri 4.0

source : freepik.com

Istilah Industri 4.0 pertama kali lahir dari ide revolusi industri keempat seperti yang disampaikan oleh European Parliamentary Research Service bahwa revolusi industri terjadi terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 ketika ditemukan mesin uap. Kala itu, mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan yang dilakukan dengan tenaga manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada tahun 1890 ketika mesin-mesin produksi bertenaga listrik mulai banyak digunakan untuk kegiatan produksi secara masal. Revolusi industri ketiga ditandai dengan penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur sejak tahun 1970.  

Saat ini, perkembangan yang pesat dari teknologi telah melibatkan banyak sektor, termasuk sensor, interkoneksi, dan analisis data. Teknologi yang ada saat ini bahkan bisa memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut ke dalam berbagai bidang industri. Gagasan tersebut diprediksi akan menjadi revolusi industri yang berikutnya. 

Baca juga : Cara Meningkatkan Penjualan Dalam Menghadapi Persaingan Pasar Global

Angka empat pada istilah Industri 4.0 sebenarnya merujuk pada revolusi yang keempat yang berupa fenomena unik jika dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang mendahuluinya. Sejak ditemukannya internet sebagai awal digitalisasi, maka dikatakan bahwa revolusi industri 4.0 telah muncul. Teknologi ini menjadi revolusi yang secara mendasar bisa mengubah cara hidup, cara bekerja, dan cara berhubungan satu sama lain. Perubahan tersebut ternyata sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan eksponensial dibandingkan dengan revolusi industri sebelumnya. 

Revolusi ke arah digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang menjadi salah satu karakter Industri 4.0. Selain itu, terdapat karakter lain berupa konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. 

Keunikan dari industri 4.0 dibandingkan pendahulunya adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau artificial intelligence. Misalnya, penggunaan robot untuk menggantikan tenaga manusia sehingga lebih murah, efektif, dan efisien. Revolusi Industri 4.0 pada prinsipnya dipergunakan untuk memberdayakan peran digitalisasi yang melibatkan integrasi informasi dari berbagai sumber.  Selanjutnya, informasi digital tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan suatu objek dengan pesan-pesan yang telah diolah. Integrasi antara teknologi informasi dan teknologi operasi ditandai dengan koneksi perpindahan lompatan peran fisik ke arah digital. 

Faktor Pendukung Arah Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 mencakup tiga faktor yang saling terkait, yaitu: digitalisasi dan integrasi teknis, digitalisasi penawaran produk dan layanan, serta model pasar baru. Setiap aktivitas tersebut saling berhubungan dengan banyak sistem komunikasi yang saat ini. Teknologi yang paling banyak digunakan adalah Internet of Things (IoT), Internet of Service (IoS), dan Internet of People (IoP). Setiap teknologi tersebut bertumpu pada Sistem Fisik Cyber atau Cyber Physical Systems. Dengan sistem tersebut, entitas komunikasi dalam lingkungan Industri 4.0 akan saling bertautan satu sama lain dan memanfaatkan data dari produsen tanpa dibatasi oleh sekat. Setiap pihak yang berkepentingan akan memperoleh informasi dan data yang relevan setiap saat. Selanjutnya, segala hal dapat dilihat perkembangannya, seperti kondisi yang terjadi dalam rantai pasokan, pengolahan sumber daya, transportasi, perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi usaha.

Revolusi Industri 4.0 juga mengakibatkan pola komunikasi menjadi berubah. Dulu interaksi hanya terbatas pada antar manusia (Customer to Customer/C2C). Tapi, sekarang telah terjadi interaksi antara manusia dengan mesin (Costumer to Machine/C2M) dan juga interaksi antara mesin dengan mesin (Machine to Machine/M2M). Revolusi tersebut menyebabkan perubahan besar, tidak hanya di industri tetapi juga di masyarakat. Namun, perubahan yang terjadi selalu berirama dengan wawasan, cara pandang, kondisi ekonomi, perilaku manusia. 

Baca juga : Mengenal Sales Tracking System Dan Cara Kerjanya Untuk Perusahaan

Komponen utama Industri 4.0

Secara garis besar ada 3 komponen utama dari Industri 4.0, yaitu :

  • Komponen Produk dan layanan yang secara fleksibel dapat terhubung melalui internet atau aplikasi jaringan lain yang konsisten dengan adanya komputerisasi
  • Komponen Konektivitas digital yang memungkinkan otomatisasi bisa terjadi termasuk menyampaikan informasi tanpa intervensi manusia
  • Komponen Jaringan yang dikendalikan dengan sistem terdesentralisasi untuk membuat keputusan otonom.

Dari ketiga komponen tersebut terdapat perbedaan yang paling mencolok dari industri 4.0 dengan pendahulunya, yaitu adanya konektivitas. Dengan adanya komponen konektivitas tersebut, maka akan ada banyak instrumen dari industri 4.0, seperti pengolahan data, otomatisasi perangkat jaringan, IoT, big data analytics, komputasi  awan, dan keamanan cyber. Instrumen konektivitas tersebut kemudian dihubungkan pada perangkat fisik industri agar dapat menerima dan mengirim data sesuai perintah yang ditentukan. Dalam praktiknya, perintah tersebut bisa dilakukan secara manual atau otomatis. Namun, otomatisasi merupakan dasar agar setiap komponen industri 4.0 berjalan dengan maksimal.

Revolusi Industri 4.0 dalam Supply Chain Management

Revolusi industri 4.0 telah membawa beberapa manfaat yang jelas dan relevan untuk meningkatkan fleksibilitas, mutu, efisiensi, dan produktivitas. Revolusi ini tentunya memungkinkan kustomisasi massal bagi perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan, menciptakan nilai melalui pengenalan produk secara terus menerus, dan memberikan layanan. Apalagi jika dilihat dari kolaborasi antara mesin dan manusia yang pasti dapat mempengaruhi kondisi sosial dalam lingkungan kerja seperti optimalisasi pengambilan keputusan. 

Revolusi Industri 4.0 telah dengan dukungan internet dari industri digital masih berlangsung sehingga kecerdasan buatan, big data, dan konektivitas akan menunjukkan kepastian putaran baru dalam revolusi digital. Industri 4.0 sedang dalam perjalanan dan akan memiliki pengaruh yang sangat penting pada transformasi industri yang lebih lengkap. 

Dalam perusahaan, hadirnya industri 4.0 akan mewakili kemajuan pada tiga poin penting, yaitu digitalisasi produksi, sistem untuk akuisisi data, dan situs dalam rantai pasokan yang komprehensif. Supply Chain dan logistik merupakan penopang dari industri 4.0 yang harus beradaptasi mengikuti kemajuan dalam tiga poin tersebut. 

Adaptasi dari supply chain dan logistik menjadi sebuah keharusan agar perusahaan dapat bertahan dan terus tumbuh berkembang. Industri 4.0 harus dapat menjalankan fungsi logistik, sehingga supply chain akan tetap menjadi bagian penting dari pergerakan barang, informasi, dan mesin.

Baca juga : Big Data Dan Bidang Usaha Big Data Di Indonesia

Industri 4.0 Berbasis IoT dalam SCM

source : freepik.com

Internet of Things (IoT) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1999 oleh Kevin Ashton. Konsep IoT bisa diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk menghubungkan objek-objek cerdas dan memungkinkannya untuk berinteraksi dengan objek lain. Artinya, Internet of Things atau IoT ini akan memanfaatkan hubungan internet dengan peralatan komputasi cerdas. 

Saat ini, Internet of Things (IOT) berfungsi pula sebagai struktur suatu objek. Setiap orang akan terbantu dengan kemampuannya dalam memindahkan data melalui jaringan tanpa memerlukan dua arah antara manusia ke manusia. Internet of Things (IoT) merupakan perkembangan keilmuan yang sangat menjanjikan sehingga dinilai sangat berguna untuk mengoptimalkan kehidupan berdasarkan sensor cerdas dan peralatan pintar yang bekerjasama melalui jaringan internet. Dengan demikian, adanya internet of things, manusia dapat membuat suatu koneksi antara mesin dengan mesin, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berinteraksi dan bekerja secara independen sesuai dengan data yang diperoleh dan diolahnya secara mandiri. 

Sederhananya, konsep IoT sebagai revolusi Industri 4.0 adalah untuk menghubungkan perangkat dengan Internet, termasuk ke dalamnya telepon genggam, mesin pembuat kopi, mesin cuci, headphone, lampu, dan hal-hal lain yang dipikirkan oleh manusia. IoT bisa memberikan koneksi dan kesempatan yang tidak ada habis-habisnya. 

Perusahaan-perusahaan secara khusus akan menghadapi data dengan jumlah yang sangat besar yang dihasilkan oleh berbagai perangkat yang saling terhubung. Dengan demikian, perusahaan harus mencari cara yang lebih efektif untuk menyimpan, melacak, menganalisis, dan memahami besarnya data yang akan dihasilkan nantinya. Adanya IoT dan revolusi industri 4.0 tentunya akan sangat membantu kinerja Supply Chain Management atau SCM. IoT sebagai salah satu tanda revolusi industri 4.0 ikut mempengaruhi proses dalam manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan. Selain itu, perusahaan akan terbantu karena dapat mewujudkan manfaat kompetitif yang berkelanjutan.

Dalam Supply Chain Management, ada kalanya perusahaan mengalami banyak hal yang berdampak pada proses produksi. Misalnya dari kondisi persediaan, pergudangan, supplier, dan ketepatan waktu. Untuk mengatasi beberapa masalah yang mungkin terjadi dalam sistem SCM, penerapan Internet of Things (IoT) dinilai sangat membantu karena teknologi yang digunakan juga semakin Smart. 

Baca juga : 7 Strategi Supply Chain Management Yang Perlu Dilakukan Perusahaan

Karakteristik IoT dalam SCM

Hadirnya Internet of Things (IoT) dalam Supply Chain Management (SCM) System akan membuat bidang pelayanan logistik lebih smart dan memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :

  • Instrumented yang artinya informasi dan data dapat dihasilkan oleh mesin.
  • Interkoneksi yang artinya terhubung dengan object pintar dan system TI
  • Cerdas yang berarti dapat mengoptimalkan kinerja dan pengambilan keputusan dalam skala yang sangat besar
  • Serba Otomatis yang artinya semua dilakukan secara otomatis menghilangkan tahapan manual dengan efisiensi rendah
  • Integrated atau Terpadu yang berarti semua terintegrasi dalam satu sistem SCM.
  • Inovatif yang berarti menjadi sebuah teknologi dengan nilai baru.

Memaksimalkan Industri 4.0 untuk SCM System

Pengembangan Industri 4.0 dalam SCM dan logistik dapat dilakukan mengikuti aspek yang  mencakup perencanaan sumber daya, sistem manajemen gudang, sistem manajemen transportasi, sistem transportasi cerdas, dan keamanan informasi. Selain itu, perusahaan perlu mengembangkan sistem pengelolaan yang telah ada dengan mengikuti aspek revolusi industri 4.0. Cara memaksimalkan industri 4.0 bisa dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Perencanaan Sumber Daya

source : freepik.com

Tahap pertama yang perlu ditekankan dalam pemanfaatan industri 4.0 dalam logistik dan Supply Chain Manajemen adalah perencanaan Sumber Daya. Penerapan industri 4.0 tetap memerlukan sarana dan prasarana yang dihubungkan dengan internet untuk memfasilitasi IoT, IoS, dan IoP. Setiap fasilitas tersebut akan terintegrasi dengan  fasilitas UPGB, gudang, kendaraan pengangkut, dan fasilitas pendukung lainnya. Dengan demikian, semua informasi, data, dan pergerakan bahan dapat dipantau dengan maksimal. 

Selain itu, perusahaan harus melakukan perbaikan fasilitas melalui modernisasi dan peningkatan teknologi untuk memungkinkan penerapan SCM yang efektif, efisien, dan akses yang tidak dibatasi waktu dan ruang. Informasi yang dihubungkan dengan basis data dan aplikasi akan memudahkan dalam mengunggah dan mengunduh data tersebut bagi setiap pihak yang membutuhkannya. 

Baca juga : Tantangan Terbesar Industri Retail Di Era Digital Beserta Solusinya

2. Sistem Manajemen Pergudangan

Setelah perencanaan sumber daya, perusahaan juga perlu melihat kondisi dalam sistem Manajemen Pergudangan. SCM dalam basis IoT atau industri 4.0 harus memperhatikan sistem pergudangan yang mudah dalam pengaturan bahan yang ada di dalam gudang. Selain itu, pergerakan barang masuk dan keluar dari gudang harus jelas mengikuti kaidah First in First Out (FIFO). 

Pengaturan tata letak atau susunan persediaan harus mengikuti urutan registrasi barang sehingga pencatatan dan pembacaan informasi oleh sensor menjadi lebih mudah dan teratur. Selain itu, harus ada pembaharuan atau perbaikan gudang sehingga memungkinkan penerapan prinsip pergerakan persediaan secara efisien dan cepat. 

3. Sistem Manajemen Transportasi

Aktivitas logistik dan rantai pasokan tidak akan terlepas dengan adanya transportasi. Dengan adanya IoT dan Industri 4.0 saat ini, maka pergerakan persediaan yang bertumpu pada transportasi dapat diintegrasikan dengan manajemen pemesanan (order management system) dan pusat distribusi. Manajemen transportasi harus dikembangkan berbasis cloud supaya pengelolaan berbasis internet dengan penerapan IoT, IoS, dan IoP dapat terfasilitasi.

4. Sistem Transportasi Cerdas

source : freepik.com

Sistem Transportasi Cerdas berkenaan dengan media atau alat untuk mengangkut persediaan seperti seperti truk, kapal, dan perahu dilengkapi dengan teknologi seperti GPS. Sistem ini tentunya akan memudahkan pemantauan, pengendalian, dan pengaturan pergerakan persediaan. Selain itu, setiap saat perusahaan bisa memantau lokasi keberadaan persediaan dan mengestimasikan waktu yang lebih tepat.

Baca juga : 5 Tips Agar Bisnis Startup Tahan Gempuran Pandemi Dan Resesi

5. Keamanan Informasi

Setiap data dan informasi yang dihubungkan dengan internet dan dapat diakses oleh publik secara luas pasti sangat rentan terhadap gangguan dan penyalahgunaan. Maka dari itu, diperlukan perlindungan terhadap data dan informasi pelanggan. Dengan adanya sistem proteksi, maka data akses ke dalam sistem logistik atau SCM secara keseluruhan akan memiliki proteksi keamanan yang tinggi. 

Revolusi Industri 4.0 memang telah merambah ke seluruh divisi perusahaan, termasuk Supply Chain Management dan Divisi Penjualan. Perusahaan harus ikut dengan arus revolusi ini agar dapat bersaing dengan kompetitor dan memaksimalkan keuntungan untuk jangka panjang.

Divisi penjualan merupakan sebuat tim yang harus dilibatkan dalam revolusi Industri 4.0. Misalnya dengan memanfaatkan aplikasi penjualan yang mudah diintegrasikan. Salah satu contoh aplikasi tersebut adalah SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA). Sebagai salah satu bentuk IoT, SimpliDOTS Sales Force Automation akan mengintegrasikan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tenaga penjualan hanya dengan satu perintah saja. 

Semuanya bisa diotomatiskan sehingga menghemat penggunaan sumber daya dan bisa memaksimalkan tenaga penjual untuk fokus kepada prospek masing-masing. Sekarang sudah saatnya bagi perusahaan Anda untuk mendapatkan angka penjualan yang tinggi dengan aplikasi SimpliDOTS Sales Force Automation (SFA). Dapatkan layanan free trial aplikasi ini selama 14 hari di sini.

Baca juga : Tips Memilih Supplier Dalam Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)

Share
Published by
Jowan Kho

Recent Posts

  • Strategi Bisnis
  • Strategi Distribusi

Case Study: Strategi Powerful Distribusi Es Krim AICE 5x Lebih Efisien dengan SimpliDOTS

Anda termasuk pecinta es krim? Ya, hampir semua orang memang menyukainya! Cita rasa manis, segar, dan lumer di mulut membuat… Read More

1 month ago
  • Sales Tracking

5 Masalah Aplikasi Sales Tracking yang Umum Ditemui dan Solusinya

Tim sales adalah ujung tombak distributor yang bertanggung jawab menawarkan produk atau jasa kepada pelanggan agar menghasilkan pendapatan ke perusahaan. … Read More

1 month ago
  • Aplikasi Distribusi
  • Distribusi
  • Teknologi

Aplikasi Sistem Distribusi untuk Manajemen Stocklist di Gudang, Apa Pentingnya?

Jika Anda menjalankan bisnis eCommerce atau distributor FMCG (Fast-Move Consumer Goods), manajemen stok barang di gudang dan aplikasi sistem distribusi… Read More

1 month ago