Biaya logistik menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebab, biaya logistik merupakan biaya yang dilibatkan dalam hal penanganan, produksi, penyimpanan barang, pengadaan, serta pengiriman barang kepada konsumen. Singkatnya, biaya logistik mencakup seluruh biaya untuk mendorong pergerakan barang dalam proses rantai pasok.
Karena itulah, biaya logistik menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing negara maupun perusahaan. Semakin efisien biaya logistik, tentu harga produk akhir cenderung lebih kompetitif. Dalam perusahaan, biasanya biaya logistik turut mempengaruhi harga jual. Sementara pada negara, biaya logistik mempengaruhi pasar ekspor impor.
Biaya logistik menjadi fokus utama untuk dikurangi agar tidak mendatangkan kerugian bagi pihak terkait. Pasalnya, biaya logistik hampir mengambil biaya keseluruhan produksi. Karenanya jika biaya logistik terbilang mahal, maka seluruh aspek transaksi maupun pembukan akan terpengaruhi.
Setelah memahami penjelasan dari biaya logistik, perlu bagi perusahaan untuk mengenal sekaligus menganalisis pemicu tingginya biaya logistik. Setidaknya, ada lima tren distribusi yang perlu dimaksimalkan guna menekan biaya logistik.
Perusahaan memainkan peran penting terhadap akuntabilitas maupun tanggung jawab terhadap suatu produk. Terjaminnya ketepatan dan keselamatan produk tentu didorong oleh kebijakan internal.
Oleh sebabnya, agar permintaan pasar kian meningkat dan terjaga, tentu perusahaan harus melakukan evaluasi guna mengenali produk dan permintaan pasar.
Secara logika, keuntungan akan besar jika penjualan meningkat. Namun, terkadang keuntungan lebih minim karena penjualan lesu. Hal itu lumrah terjadi lantaran bisnis mengalami fase pasang maupun surut.
Untuk menyiasatinya, keuntungan bisa ditingkatkan dengan mengurangi biaya. Efisiensi biaya di seluruh lini perusahaan pun perlu dilakukan. Mudahnya, perusahaan harus memperhatikan berapa waktu yang ditempuh jika barang sudah keluar dari gudang. Langkah lainnya, perusahaan juga perlu memikirkan strategi apa yang pantas untuk meningkatkan pergerakan barang. Tentu, tujuannya agar produksi maupun distribusi barang lebih efisien.
Dalam memproduksi barang ataupun jasa, tak dapat dipungkiri bahan baku menjadi salah satu lini yang banyak memakan anggaran. Namun tak perlu khawatir, hal ini bisa disiasati dengan mengurangi penggunaan bahan baku. Jika bahan baku sudah diminimalisir, tentu biaya produksi dapat ditekan.
Namun perlu menjadi catatan, pengurangan bahan maku bukan berarti mengharuskan perusahaan untuk memakai bahan baru murang dengan kualitas rendah. Agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, perusahaan perlu membeli bahan baku berkualitas tinggi.
Penting bagi perusahaan untuk mencari distributor yang menyediakan harga murah, namun tetap memprioritaskan kualitas.
Dalam mendistribusikan barang, tentu perusahaan mendapatkan untung meski terbilang kecil. Karena itulah, perusahaan perlu mengambil untung atau menerapkan metode bagi hasil dengan mitra yang menjalin perjanjian dagang.
Kabar baik bagi perusahaan yang memanfaatkan perjanjian dagang internasional. Pasalnya, perusahaan dan mitra dagang dapat menandatangani perjanjian dengan menjelaskan sistem bagi keuntungan. Sehingga, hal ini menjadi salah satu cara sederhana untuk mengurangi biaya logistik.
Daripada harus memperluas kapasitas gudang, akan lebih efektif jika perusahaan menata letak area penyimpanan. Sesekali, tak ada salahnya perusahaan berinvestasi terhadap sistem yang bisa mengelola stok barang.
Selain optimal dalam mengurangi biaya logistik, langkah ini menjadi solusi untuk menekan biaya tak terduga. Terlebih, proses penyimpanan, penanganan dan distribusi menjadi dasar bagi keberlangsungan bisnis.
Inilah alasan bagi perusahaan untuk mengetahui cara dalam mengurangi biaya logistik, tanpa merusak kualitas pelayanan maupun citra perusahaan.
Lancarnya transaksi dan minimnya pengeluaran menjadi hal penting agar perusahaan dapat beroperasi dengan optimal. Karena itu, ada beberapa langkah yang bisa dicoba agar perusahaan mampu menekan biaya logistik.
Tanpa disadari, pengiriman bahan ke pabrik atau pendistribusian barang ke konsumen memerlukan biaya yang tinggi. Perusahaan perlu mempertimbangkan transportasi yang akan digunakan.
Perusahaan harus bisa mengevaluasi seberapa efektif pengiriman barang menggunakan transportasi yang dipilih saat ini. Di samping itu, perusahaan harus mengetahui apakah telah mendapatkan harga efektif dari vendor terkait.
Tak dapat dipungkiri, teknologi memegang peran penting di era ini. Atas dasar itulah, perusahaan harus memaksimalkan teknologi agar biaya yang dikeluarkan turut efisien. Penggunaan teknologi pun mampu meningkatkan produktivitas dan sistem yang ada.
Ambil contoh, penggunaan Transportation Management System (TMS) dapat memaksimalkan pengiriman dengan memilih rute alternatif.
Jika persediaan barang tidak dikelola dengan efektif, tentu memicu tingginya biaya operasional. Namun tak perlu khawatir, karena biaya operasional dapat dikurangi dengan mengirimkan barang dengan jumlah atau stok yang besar.
Sehingga, tak ada salahnya jika perusahaan menerapkan otomasi dalam proses pengajuan maupun fungsi lain dengan menggunakan software andalan. Lebih lanjut lagi, secara rutin perusahaan perlu menyusun program. Tujuannya agar mengurangi kekeliruan dalam alokasi dana, sekaligus menjadi strategi agar prediksi lebih akurat.
Dalam menekan biaya logistik, perusahaan juga diharuskan melek akan aplikasi. Tujuannya agar mempercepat waktu pengerjaan. Terlebih, masih ada beberapa task yang masih dilakukan secara manual. Adapun contohnya seperti mempersiapkan dokumen untuk kegiatan terkait.
Oleh karenanya, jika produser tersebut dilakukan melalui aplikasi, tentu akan menghemat biaya dan waktu, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta bisa menghindari pengeluaran yang tidak terduga. Penggunaan aplikasi dapat diakses oleh seluruh perusahaan kecil maupun besar.
Supply Chain Manager (SCM) yang berbasis pada sinkronisasi, integrasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dinilai efektif. Pasalnya, pendekatan ini didukung oleh pelaku penyedia jasa logistik yang profesional.
Namun yang menjadi permasalahan adalah daya saing dalam pasar dunia. Sebab, ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan dalam negeri. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan daya saing yang tinggi, tentu produk dalam negeri tidak mampu menembus pasar internasional. Kondisi juga diperparah dengan dominannya produk impor yang menumbangkan produk domestik.
Karena itulah, diperlukan upaya untuk meningkatkan daya saing, serta membangun keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan nasional. Untuk diketahui, salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing industri nasional karena buruknya kinerja logistik Indonesia. Sehingga, pendekatan SCM digadang-gadang mampu mengantisipasi kendala yang berpotensi merugikan perusahaan maupun negara.
Ringkasnya, SCM berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan dunia usaha dalam menekan keseluruhan biaya. Bahkan, pengurangan biaya 5% pun dapat memberi efek peningkatan pendapatan terhadap keuntungan perusahaan.
SCM juga bertujuan untuk mengurangi biaya, waktu, transaksi, bahkan mendapat kualitas yang terjamin bagi barang dan jasa yang mengalir dalam rantai pasokan. Mengutip situs Kementerian Perindustrian (Kemenperin), konsep SCM lebih banyak bersinggungan dengan manajemen logistik. Hanya saja yang menjadi pembeda adalah SCM lebih fokus pada aspek perencanaan, sedangkan manajemen logistik lebih bersifat operasional.
Rendahnya efisiensi distribusi di Indonesia bisa datang dari mana saja. Hal itu termasuk belum memadainya sarana dan prasarana logistik seperti sarana transportasi, pergudangan ataupun keterampilan sumber daya. Atas hal itulah, pendekatan SCM di Indonesia dinilai belum dilaksanakan oleh sebagian perusahaan.
Hal itu juga dipicu karena industri di Indonesia lebih fokus pada peningkatan efisiensi atau proses fungsional. Hanya sebagian kecil perusahaan yang menerapkan pendekatan SCM. Sayangnya, penerapannya pun terbatas pada pengelolaan permintaan.
Atas hal itulah, penggunaan SCM bagi perusahaan yang ada di negara berkembang seperti Indonesia, perlu dimaksimalkan. Hal itu tercermin dari hubungan antara setiap sub sistem yang terlibat masih tersekat, sehingga menyebabkan terpisahnya operasional antara sub sistem hulu hilir. Penyebabnya adalah banyak dari perusahaan yang memerankan sub sistem dalam skala produk kecil.
Penerapan SCM untuk meningkatkan daya saing industri, memerlukan langkah-langkah efektif. Tak lain tak bukan, tujuannya untuk menarik perhatian stakeholder terkait. Karena itu, beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan agar industri mempunyai daya saing yang tinggi.
Biaya logistik di Indonesia masih terbilang tinggi, yakni Rp 1,820 triliun per tahun. Artinya, beban logistik sebesar 26% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia. Tercatat, biaya logistik Malaysia hanya 15%, sementara biaya logistik di negeri Paman Sam hanya 10%.
Penyebab biaya logistik di Indonesia masih mahal lantaran buruknya pelayanan logistik. Ambil contoh, waktu jeda untuk barang impor memakan waktu 5 hari. Terlebih, biaya angkutnya pun tergolong mahal. Kondisi juga diperburuk karena prasarana logistik Indonesia masih konvensional.
Faktor lain adalah belum terbangunnya konektivitas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, serta pengiriman kontainer ke daerah jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan mengirim kontainer ke luar negeri. Di samping tingginya biaya bongkar muat di pelabuhan, akses jalan dari maupun menuju Tanjuk Priok selalu macet. Akibatnya, sulit bagi perusahaan angkutan barang untuk mengoptimalkan perputaran kendaraannya.
Namun, besarnya biaya logistik di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh biaya transportasi darat dan laut. Hal-hal seperti regulasi, sumber daya, proses dan infrastruktur yang belum efisien, serta kurangnya profesionalitas pelaku dan penyedia jasa logistik yang belum berkembang signifikan.
Karena itulah, kinerja logistik di Indonesia menjadi faktor yang mempengaruhi daya saing industri nasional. Salah satu yang menjadi penyebab rendahnya daya saing industri nasional akhir-akhir ini karena rendahnya kinerja logistik, sehingga menyebabkan tingginya biaya logistik nasional.
Dilansir dari Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), saat ini biaya logistik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hanya saja, jika biaya logistik terus tinggi, tentu mendatangkan dampak yang signifikan.
Salah satu dampak yang dirasakan saat ini defisit neraca perdagangan Indonesia terhadap beberapa negara. Pasalnya, biaya logistik yang tinggi akan memberikan efek negatif pada neraca perdagangan Indonesia. Karena biaya logistik yang tinggi, maka biaya untuk melakukan perdagangan internasional khususnya pengadaan ekspor impor cenderung meningkat.
Sehingga, hal tersebut akan menyebabkan defisit pada neraca perdagangan. Apalagi, jika biaya impor lebih tinggi dibandingkan biaya ekspor.
Tak hanya itu, perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara ASEAN, turut mendatangkan efek negatif jika permasalahan biaya logistik tidak tertuntaskan. Menurut ALI, dengan dibukanya Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2015, tentu pintu perdagangan untuk masuk ke kawasan Indonesia kian terbuka. Sehingga, negara-negara ASEAN yang hendak mengirimkan barang tidak dikenakan tarif. Tentu, hal ini merugikan produk Indonesia karena kalah saing. Naasnya, produk impor pun akan membanjiri pasar Indonesia.
Secara umum, untuk mengurangi biaya logistik ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, penekanan biaya logistik bisa melalui aplikasi yang tepat, sekaligus penerapan teknologi yang sudah terintegrasi. Salah satu aplikasi yang patut perusahaan coba adalah SimpliDOTS. Di mana, aplikasi ini sudah berbasis cloud, sehingga memudahkan perusahaan dalam mengaksesnya.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah terjangkaunya biaya investasi, serta aplikasi sudah dilengkapi dengan fitur pendukung seperti mobile ordering, tracking system, business intelligence, hingga mobile collection.
Tanpa merogoh kocek yang dalam, aplikasi SimpliDOTS bisa didapatkan dengan harga terjangkau bagi pelaku UMKM dan distributor. Karenanya, akan memudahkan perusahaan dalam menekan biaya investasi agar kas perusahaan dapat terjaga. Selain itu, aplikasi ini memberikan kemudahan bagi distribusi bisnis untuk menggunakan sistem yang tidak memiliki biaya investasi mahal.
Sekadar informasi, SimpliDOTS telah digunakan oleh berbagai bisnis distribusi seperti FMCG, alat bangunan, dan air mineral. Yuk, coba GRATIS 14 Hari SimpliDOTS sekarang di sini.
Anda termasuk pecinta es krim? Ya, hampir semua orang memang menyukainya! Cita rasa manis, segar, dan lumer di mulut membuat… Read More
Tim sales adalah ujung tombak distributor yang bertanggung jawab menawarkan produk atau jasa kepada pelanggan agar menghasilkan pendapatan ke perusahaan. … Read More
Jika Anda menjalankan bisnis eCommerce atau distributor FMCG (Fast-Move Consumer Goods), manajemen stok barang di gudang dan aplikasi sistem distribusi… Read More