7 Strategi Supply Chain Management Yang Perlu Dilakukan Perusahaan

7 Strategi Supply Chain Management Yang Perlu Dilakukan Perusahaan

Munculnya Supply Chain Management (SCM) dilatarbelakangi oleh dua hal pokok, yaitu praktik manajemen logistik tradisional yang tidak lagi relevan dan adanya perubahan lingkungan bisnis. Fakta membuktikan bahwa, untuk saat ini sudah tidak relevan lagi melakukan praktek manajemen logistik secara tradisional karena tidak dapat menciptakan keunggulan yang kompetitif. Selain itu, adanya perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah strategi baru agar kebutuhan produksi segera terpenuhi dengan adanya rantai pasokan yang tepat.

Untuk meningkatkan manajemen pasokan, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Pertama, perlu dilakukan pengelolaan persediaan yang lebih efektif dan efisien, dengan melakukan monitoring terhadap permintaan dan pasokan barang secara berkala. Kedua, perlu adanya hubungan yang baik dengan pemasok, sehingga dapat terjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam hal harga, kualitas, dan waktu pengiriman. Ketiga, diperlukan teknologi yang tepat guna dalam manajemen pasokan, seperti perangkat lunak ERP (Enterprise Resource Planning) dan SCM (Supply Chain Management), untuk memudahkan pengelolaan data dan informasi dalam rantai pasok

Perkembangan lingkungan industri di era global seperti sekarang ini sangat dinamis sehingga menjadi faktor yang mendorong setiap perusahaan untuk menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Perusahaan harus bisa mengidentifikasi faktor kunci untuk sukses dan memenangkan persaingan yang semakin kompetitif. Teknologi yang juga berkembang pesat menjadi sebuah kekuatan yang ikut diunggulkan dalam iklim persaingan. Setiap perusahaan terus berasing dan berupaya agar bisa memberikan produk terbaik kepada target pasar yang cenderung sama.

Baca juga : Pengertian Manajemen Supply Chain Dan 6 Tantangan & Solusi Untuk Perusahaan

Strategi Supply Chain Management untuk Optimasi Distribusi

Supply Chain Management untuk Optimasi Distribusi
source : www.freepik.com

Konteks produk yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen dalam manajemen produksi dan operasi adalah kombinasi produk yang memiliki minat dan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Dengan demikian, menyajikan sebuah produk merupakan tantangan utama bagi perusahaan meskipun dari sudut pandang lain bisa juga peluang bagi sistem produksi. Dalam upaya pemenuhan produk tersebut, perusahaan harus segera memulai dari tindakan mengidentifikasi selera konsumen, mengupayakan seluruh kebutuhan input dari pemasok untuk memproduksi, dan mendistribusikan produk sesuai dengan selera konsumen atau target pasar yang dibidik. Karakter konsumen secara umum adalah mengharapkan agar bisa memperoleh produk yang memiliki manfaat unggul pada tingkat harga yang terjangkau. 

Setiap perusahaan berusaha secara optimal dalam memanfaatkan seluruh aset dan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan value terhadap harapan konsumen. Implementasi upaya tersebut tentunya menimbulkan konsekuensi biaya yang berbeda untuk setiap perusahaan. Agar perusahaan mampu menawarkan produk yang menarik dengan tingkat harga bersaing, maka perusahaan terkait dituntut untuk bisa mereduksi seluruh biaya tanpa mengurangi kualitas produk. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi biaya tersebut melalui optimalisasi distribusi material dari pemasok.  Optimasi distribusi tersebut dapat dicapai melalui penerapan konsep dan strategi Supply Chain Management  (SCM). Berikut ini, 7 Strategi Supply Chain Management (SCM) yang perlu dilakukan perusahaan agar bisa menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki.

Baca juga : Apa Itu Distribusi, Tujuan, Beserta Fungsinya Dalam Penjualan

Mengetahui Tantangan Internal Supply Chain Management Perusahaan

Mengetahui Tantangan Internal Supply Chain Management Perusahaan

Setiap perusahaan yang ingin menang dalam persaingan dan terus bertahan dalam goncangan bisnis harus harus memiliki strategi yang tepat dalam segala aktivitas usahanya. Strategi akan mengarahkan jalannya perusahaan ke tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Strategi diperlukan oleh untuk menggambarkan atas sebuah keputusan atau aksi tunggal dan berbagai keputusan atas aksi yang dilakukan. Dalam konteks Supply Chain Management (SCM), banyak keputusan yang bisa diambil oleh perusahaan yang secara tidak langsung menjadi hambatan tersendiri. 

Misalnya keputusan untuk mendirikan pabrik baru, menambah kapasitas produksi, merencanakan produk baru, mengalihkan tanggung jawab pengelolaan persediaan, mengganti sistem manajemen pergudangan, mengurangi jumlah pemasok, menentukan sistem pengendalian kualitas produk yang baru, dan lain sebagainya. Strategi Supply Chain Management harus dibentuk atas keputusan dan tindakan yang menentukan aturan, tujuan, dan aktivitas dari suatu perusahaan. Rekonsiliasi antara kebutuhan pasar dengan sumber daya perusahaan merupakan tantangan internal Supply Chain Management SCM) karena akan menghubungkan dengan semua pihak yang luas dengan kurimatan yang tinggi. 

Beberapa strategi operasional dalam mengatasi supply chain disruption dan contohnya

Supply chain disruption dapat terjadi karena banyak faktor seperti bencana alam, kekurangan pasokan, masalah transportasi, dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan dapat mengadopsi beberapa strategi operasional, di antaranya adalah diversifikasi pasokan, inventarisasi kembali, dan penggunaan teknologi digital.

Salah satu strategi operasional dalam mengatasi supply chain disruption yang dapat diimplementasikan adalah diversifikasi pasokan. Diversifikasi pasokan bertujuan untuk meminimalkan risiko ketergantungan pada satu atau beberapa pemasok utama, sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelancaran operasional meskipun terjadi gangguan pada satu pemasok.

Contohnya, perusahaan yang memproduksi komponen elektronik dapat mengurangi risiko pasokan dengan memperluas jaringan pemasoknya ke beberapa negara atau wilayah. Dengan cara ini, jika terjadi gangguan pasokan di satu negara atau wilayah, perusahaan masih dapat memperoleh pasokan dari pemasok di negara atau wilayah lainnya.

Namun, perlu diingat bahwa diversifikasi pasokan juga memerlukan biaya tambahan, seperti biaya pengadaan, transportasi, dan penyimpanan barang. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan matang sebelum menerapkan strategi ini dan memastikan bahwa manfaatnya lebih besar daripada biayanya.

  • Menentukan tindakan yang tepat

Sebagai tantangan pertama, perusahaan harus menentukan tindakan yang tepat dalam menciptakan rekonsiliasi antara yang dibutuhkan pelanggan akhir dengan kemampuan sumber daya yang ada pada supply chain tersebut. Kelangsungan hidup perusahaan ada pada persediaan bahan baku untuk menciptakan sebuah produk dan cara perusahaan tersebut dapat memenuhi permintaan konsumen. Segala upaya harus dilakukan agar produk dapat sampai ke tangan konsumen. Dalam faktor ini, banyak tantangan internal yang dihadapi perusahaan dalam Supply Chain Management. Misalnya, keadaan modal perusahaan yang tidak terlalu tinggi sehingga harus menekan biaya. Selain itu, masalah juga bisa muncul karena faktor pemasok yang menawarkan harga terlalu tinggi di luar kemampuan modal perusahaan. 

Baca juga : Purchase Order Dan Cara Mengatasi Kendalanya Di Era Digital

Jika hal-hal tersebut terjadi, maka perusahaan dapat memilih untuk mengurangi persediaan sekaligus mengurangi waktu tunggu. Tetapi, keputusan tersebut juga harus didukung dengan sarana dan prasarana yang baik dan penjadwalan yang tertata rapi agar persediaan bisa tepat pada waktunya.

  • Persediaan menumpuk

Selanjutnya, tantangan juga bisa berasal dari semakin banyak persediaan yang menumpuk di gudang sehingga bisa menimbulkan biaya perawatan yang lebih tinggi. Jika sebuah perusahaan harus bersaing secara global, maka ada beberapa permasalahan dan tantangan yang umum dihadapi, yaitu adanya kuota dan tarif yang menghalangi kelancaran proses produksi. Setiap tantangan bisa menjadi kerumitan sendiri dan memerlukan penangan yang tepat. 

Bernegosiasi dengan Banyak Pemasok

Negosiasi
source : www.freepik.com

Strategi Supply Chain Management (SCM) selanjutnya adalah bernegosiasi dengan banyak pemasok. Perusahaan bisa mencari banyak pemasok dan memilih satu atau beberapa di antara yang memiliki penawaran paling menarik bagi perusahaan. Umumnya, perusahaan akan menjatuhkan pilihan bagi pemasok yang memberikan penawaran rendah. Perusahaan juga bisa memutuskan untuk bernegosiasi dengan beberapa pemasok. Tindakan ini untuk pencegahan jika suatu hari terjadi masalah terhadap salah satu pemasok dan untuk menjaga agar rantai pasokan tidak terputus. Tindakan ini juga berguna agar perusahaan dapat terus melanjutkan kegiatan produksi. 

Mengembangkan Hubungan Kemitraan

Perusahaan perlu mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan satu atau beberapa pemasok sesuai dengan kebutuhan. Para pemasok yang telah lama menjalin hubungan dengan perusahaan tentu sudah memahami tujuan dari perusahaan. Pemasok tersebut biasanya akan lebih berkomitmen untuk berpartisipasi dalam sistem just in time. Perusahaan akan diuntungkan karena tidak perlu lagi mempunyai gudang untuk persediaan. Pemasok akan mengirim persediaan tepat pada saat perusahaan membutuhkan bahan baku produksi. 

Baca juga : Aktivitas Logistik Yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Namun, mengembangkan hubungan kemitraan memang tidak karena pada umumnya perusahaan hanya mau menerapkan sistem ini pada para pemasok yang telah dipercayai. Jika dibandingkan perusahaan yang menggunakan pemasok yang sedikit dengan hubungan kemitraan, maka akn dapat menekan biaya menjadi lebih rendah daripada perusahaan yang mempunyai banyak pemasok. Setiap akumulasi biaya kirim dari pemasok berbeda-beda dam akan menjadi beban anggaran yang lebih besar bagi perusahaan. Pada dasarnya, setiap perusahaan boleh saja memilih beberapa pemasok. Namun, terlalu banyak memilih pemasok juga akan akan menimbulkan biaya yang lebih besar sehingga solusi yang tepat adalah mengembangkan kemitraan dengan pemasok yang telah memberikan track record terbaik.

Indikator kesuksesan setiap perusahaan akan sangat ditentukan dengan hubungan yang sehat dengan dengan supplier atau pemasok. Hubungan kemitraan dengan pemasok harus dipertahankan dan diperkuat secara rutin, meskipun manfaat finansial tidak didapat secara langsung oleh perusahaan. Untuk membangun kemitraan bisa dimulai dengan membangun komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli. Hubungan yang baik tentu akan berdampak pada kemudahan transaksi, peningkatan performa masing-masing pihak, dan meminimalisir terjadinya konflik di kemudian hari.

Melakukan Integrasi Vertikal

enterprise resource management erp software system business resources plan 31965 6447
source : www.freepik.com

Strategi Supply Chain Management (SCM) bisa dilakukan dengan cara integrasi vertikal untuk mengembangkan kemampuan perusahaan dalam memproduksi barang yang telah diperoleh dari pemasok. Ada dua macam integrasi vertikal yang bisa dilakukan, yaitu integrasi mundur dan integrasi maju. Integrasi mundur bisa dilakukan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku dari pemasok sehingga bisa membuat barang sesuai keinginan konsumen. Adapun integrasi maju menuntut produsen atau perusahaan membeli komponen yang berupa produk jadi. 

Baca juga : Panduan Manajemen Gudang Agar Berfungsi Secara Optimal

Integrasi mundur bisa menjadi berbahaya bagi perusahaan karena jika salah menginvestasikan uang yang dimiliki, maka maka akan kesusahan dalam menghadapi gelombang bisnis selanjutnya. Begitu pula dengan integrasi maju, jika perusahaan lengah dalam membaca tren pasar, maka kerugian yang akan dialami tentu akan sangat besar.

Namun, kedua jenis integrasi vertikal tersebut bisa memfasilitasi komunikasi dan hubungan bisnis yang sehat karena beberapa perusahaan bisa melakukan bisnis secara kolaboratif untuk melayani konsumen akhir. Integrasi vertikal akan mendorong kolaborasi perusahaan yang terlibat untuk menentukan tujuan bersama dan kesesuaian tujuan ditetapkan dengan baik. Selain itu, ada biaya transaksi yang lebih rendah dan komitmen untuk menciptakan kualitas barang yang tinggi.

Dua opsi integrasi vertikal ini mungkin tidak dapat dijalankan oleh banyak perusahaan. Beberapa pemasok lebih suka melakukan bisnis secara mandiri karena memiliki kapasitas yang signifikan dan kemampuan untuk menikmati skala ekonomi yang lebih besar. 

Membangun Virtual Company

young attractive asian worker owner entrepreneur woman holding smart tablet 1439 115
source : www.freepik.com

Dengan memiliki virtual company, maka perusahaan bisa membangun hubungan yang luas dengan berbagai pemasok untuk menyediakan bahan baku yang diinginkan. Namun, virtual company harus dilengkapi dengan manajemen perusahaan yang bagus supaya bisa memberikan biaya yang rendah, beroperasi secara efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.

Perusahaan Maya (virtual company) bisa mengandalkan berbagai hubungan dengan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Virtual Company akan memudahkan perusahaan untuk menjalin hubungan dengan beberapa layanan jasa seperti pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, desain produk, saluran distribusi, dan rantai pasokan. Hubungan juga bisa bersifat jangka pendek atau jangka panjang dengan berbagai bentuk kemitraan seperti mitra sejati, kolaborasi, pemasok, subkontraktor, dan lain sebagainya. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja yang lebih optimal dalam Supply Chain Management (SCM). 

Baca juga : Dasar-Dasar Leadership Dalam Manajemen Perusahaan

Membangun Jaringan Keiretsu

Istilah Jaringan Keiretsu pada awalnya digunakan untuk satu grup atau kumpulan perusahaan yang menopang ekonomi Jepang di abad ke-20. Dengan konsep jaringan keiretsu, perusahaan di Jepang mengambil bahan mentah dari grup perusahaannya sendiri sehingga mendukung supply chain untuk terus meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa setiap perusahaan yang terkait di dalam jaringan keiretsu sudah melaksanakan kolaborasi yang tepat, yaitu pada tingkat aliansi strategis. Namun, strategi ini sangat sulit diterapkan dalam konsep just in time (JIT), khususnya jika tidak ada kesamaan kepentingan dan kolaborasi untuk tingkat produksi. Jaringan Keiretsu juga masih terhambat dengan adanya kesulitan dalam mencari kesamaan sistem dengan semua supplier. 

Mengoptimalkan Jaringan IT Terlibat

Untuk membangun suatu sistem Supply Chain Management (SCM), perusahaan harus memperhatikan 5 hal dasar, yaitu perencanaan, pemasok, produksi, distribusi, dan pengembalian. Perencanaan merupakan proses awal yang strategis dan harus dipikirkan mulai dari awal ketika akan memulai Supply Chain management (SCM). Perencanaan juga menjadi suatu tolok ukur untuk menentukan tingkat efisiensi, harga, kualitas, dan penilaian dari pelanggan.

Agar aktivitas produksi bisa lancar, maka dibutuhkan bahan baku dari pemasok yang siap menyalurkan bahan baku untuk produksi. Pemasok harus bisa menjaga kualitas bahan baku dan berkomitmen terhadap pasokan bahan baku dan harga. Pemasok juga harus kolaboratif dalam pemindahan bahan baku ke pabrik atau sarana produksi. 

Dengan ketersediaan bahan baku dari pemasok, maka perusahaan bisa segera melakukan aktivitas produksi atau pabrikasi yang bertujuan untuk pembuatan, pemeriksaan, pemaketan, dan persiapan pengiriman. Dalam aktivitas ini perusahaan harus bisa menentukan tolok ukur yang jelas tentang tingkat kualitas, tingkat produksi, dan efisiensi waktu. Dalam proses selanjutnya, maka perusahaan bisa mendistribusikan produk, baik secara langsung maupun melalui mata rantai distribusi yang telah dibentuk. Sedangkan untuk menjaga kepercayaan konsumen, kemungkinan layanan untuk pengembalian produk karena cacat atau rusak bisa saja terjadi.

Baca juga : Nine Indonesian Entrepreneurs Graduate From Unctad, And Alibaba Business School

Integrasi ERP dan Aplikasi Distributor

Agar semua hal dasar tersebut berjalan dengan lancar, maka perusahaan harus melibatkan banyak Jaringan IT di dalam SCM, yaitu ERP, IOIS, EDI, dan sebagainya. Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan suatu metode untuk mengatur seluruh proses bisnis yang ada dalam suatu perusahaan dengan suatu arsitektur perangkat lunak. Sistem ERP sangat mendukung kegiatan Supply Chain Management (SCM) karena bisa mengotomatiskan sistem backend office system, front end office system, atau dalam hal peningkatan efisiensi, kualitas, produktivitas, dan keuntungan. 

Untuk meningkatkan kinerja sistem Supply Chain Strategy (SCM), perusahaan membutuhkan perangkat lunak seperti Enterprise Resource Planning (ERP). Penggunaan ERP bisa mengurangi biaya dan efisiensi waktu. Sistem ERP dilengkapi dengan fitur otomatis dan fungsionalitas Supply Chain Management (SCM). Sistem tersebut dapat diprogram secara otomatis untuk melakukan pemesanan persediaan atau bahan baku kepada pemasok ketika tingkat persediaan sedang menurun atau berada pada tingkat tertentu. Otomatisasi ERP sangat perlu dilakukan, karena perusahaan akan mampu untuk mempertahankan tingkat persediaan secara preventif. Perusahaan juga bisa melakukan standarisasi dari ERP untuk berbagai kemudahan pekerjaan karyawan, meningkatkan akurasi, mendorong kinerja tim, menghemat waktu, menghemat biaya, dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan komunikasi.

Sistem ERP dalam Sistem Supply Chain Management (SCM)

Adanya sistem ERP juga sangat penting untuk mendapatkan wawasan data dalam sistem Supply Chain Management (SCM). Perusahaan membutuhkan informasi yang akurat dan tepat waktu agar bisa segera pengambilan keputusan untuk strategi Supply Chain Management. Sistem ERP memungkinkan perusahaan dan manajemen yang terlibat bisa secara cepat mengakses inventaris, pembelian, dan data produksi, dan informasi lain untuk kepentingan pengambilan keputusan yang sangat penting.

Baca juga : 9 Pengusaha Muda Indonesia Dapat Pelatihan Dari Alibaba

Sistem ERP juga dilengkapi dengan fitur inventaris yang memberikan visibilitas real time yang lebih tepat sesuai dengan tingkat persediaan bahan baku. Perusahaan akan bisa mengontrol kinerja para pemasok secara berkala karena sistem ERP disertai dengan matrik yang kuat untuk waktu siklus pemasok menyalurkan bahan baku. Dengan demikian, proses rantai pasokan dapat diminimalisir.

SimpliDOTS melengkapi sistem ERP dengan Super Apps untuk distributor. Perusahaan dapat mengandalkan Sales Automation Platform yang lebih menunjang divisi penjualan dan pemasaran bersama SimpliDOTS. Selain itu, aplikasi SimpliDOTS dapat diintegrasikan dengan ERP atau aplikasi lainnya seperti administrasi, akuntansi, dan sebagainya. Dengan keunggulan sistem ERP terintegrasi SimpliDOTS, maka dapat mengurangi biaya administrasi dalam proses supply chain atau rantai pasokan. Dapatkan aplikasi SimpliDOTS sekarang secara gratis selama 14 hari, klik disini

Bagikan Artikel ini via

Artikel Terkait